8/8/16
alarm ku berdering, membangunkanku dipagi hari yang segar. Udara yang dingin, membuatku ingin terus berada dalam selimut yang melekat ditubuhku. Teringat hari ini akan pergi outing, aku langsung beranjak bangun dari kasur, kemudian mandi. Aku melahap sarapanku dengan segelas susu.
Aku berangkat pukul 06.50. Orangtuaku harus mengantar adik dan kakakku terlebih dahulu ke sekolah, kemudian mengantarku ke Stasiun Bandung. Perjalanan macet.
Aku terlambat 1 menit 14 detik. Untungnya masih ada temanku yang belum datang, dan Kak Olin & Kak Braja masih menunggu. Susana stasiun pada saat itu tidak begitu ramai, hanya ada satu atau dua orang yang berlalu lalang di stasiun. Bau hujan tercium, jalanan becek,namun dalam stasiunnya itu sendiri bersih-bersih saja. Suara kereta terdengar jelas di telinga, membuatku ingin cepat menuju perjalanan.
Di proyek kali ini, aku sekelompok dengan Fathan, Toby, Fauzan, dan Reza. Ya, aku perempuan sendiri. Setelah doa untuk kelancaran dan keselamatan kami, aku dan kelompokku langsung melaksanakan tugas yang didiktekan Kak Braja sebelumnya. Tugas tersebut adalah ;
– pengindraan tempat (mengamati tempat dengan indra kita agar lebih detail untuk menceritakan ulang)
– laporan waktu kegiatan & keuangan
– Apa saja yang perlu disiapkan untuk membuat artikel yang ok tentang kebudayaan Jawa di Bandung
– cari jalan dari pintu utara menuju pintu selatan
– buat daftar pertanyaan berhubung dengan stasiun dan Jawa
Tugaspun selesai, kami boleh langsung pergi menuju pintu selatan. Aku memegang kamera, dan memotret hal-hal menarik dan penting.

Sesampainya di pintu selatan, sudah terlihat Kak Olin berdiri disamping pintu. Kami langsung berlari menghampirinya, kemudian bertanya tentang tugas selanjutnya.
Kami mencari-cari orang yang tepat untuk kami wawancarai. Kami mondar-mandir kesana kemari. Dan akhirnya coba memberanikan diri bertanya pada satpam. Dan semua pertanyaan kami terjawab.
Kamipun membeli tiket kereta api, seharga 4000 rupiah dikali 5 orang, jadi 20.000 rupiah. Sambil menunggu keretanya datang, kami menulis indera terlebih dahulu dan hasil wawancara.
**
Aku memasuki kereta bersama kelompokku. Pada saat itu kereta lumayan padat, jadi sedikit kesulitan mencari tempat duduk yang pas. Akhirnya aku duduk diantara dua laki-laki yang sedang tertidur dibagian ujung.

Sampailah kami dengan selamat di Stasiun Kiaracondong. Aku menuruni kereta dan langsung berjalan menuju tempat penungguan kereta. Rasa lelah mulai terasa, ditambah udara yang sudah mulai panas. Stasiun Kiaracondong pada saat itu sangat sepi, toko-toko dipinggir tutup, hanya ada beberapa orang saja yang menunggu kereta, dan sunyi.
Ekspedisi kami dimulai ketika kami melewati pintu keluar Stasiun kiaracondong. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mencari tahu dimana letak Greja Kristen Jawa (GKJ) ke kecamatan Kiaracondong.

Jalan menuju GKJ sangat mudah, lurus, belok kanan, dan sampai. Kami di sambut dengan pohon jambu yang buahnya berjatuhan dilantai. Tentunya kami bersalaman terlebih dahulu dengan Pendeta Yohan. Kemudian memasuki suatu ruangan yang disana meja dan kursi sudah terjejer dengan rapi. Ruangan tersebut cukup sederhana namun nyaman. Ada beberapa foto yang terpajang di dinding, kemudian piala-piala yang tersimpan rapi di lemari.
Pak Yohan yang logat Jawanya sangat kental mulai bercerita tentang dirinya sendiri; ia seorang pendeta dari Yogyakarta yang diberi tugas ke Bandung untuk menjadi pendeta di GKJ tersebut, pada tahun 2009. Rumah Pak Yohan itu sendiri terletak tepat disamping gereja tersebut. Selain itu, ia juga bercerita tentang GKJ itu sendiri; pada tahun 1925, orang-orang luar Jawa maupun orang Jawa itu sendiri, mulai masuk ke Jawa. Rata-rata mereka memilih berprofesi menjadi bidan, namun ada juga yang memilih untuk ikut dalam Gereja Pasundan. Pada masa itu, kebaktian di gereja tersebut menggunakan bahasa sunda. Namun,karena mayoritas disana itu orang Jawa, akhirnya mereka membuat kebaktian memakai bahasa Jawa. Kemudian, mereka bersatu dengan Gereja Kristen Jawa. Sebelum mereka dapat menyewa kemudian membeli tanah(1964), GKJ itu berdiri di sebuah sekolah Yayasan Beribu. 
Setelah berbincang-bincang banyak, kamipun dipersilahkan untuk memasuki ruang tempat kebaktian. Tempatnya cukup luas dan sangat nyaman. Ada unsur-unsur Jawanya juga, seperti dibagian langit-langit terdapat huruf-huruf jawa.
Setelah melihat sekeliling, kamipun berpamitan pada Pak Yohan, dan tak lupa kami berterimakasih.
Tugas kami selanjutnya adalah mencari tahu 2 profil warga yang ada di pasar. Setelah berkeliling pasar yang pada saat itu sangat sumpek, becek dan kurang terjaga kebersihannya, kami memutuskan untuk mewawancara 2 tukang bunga sekaligus.
Rasa lelah mulai terasa. Rasanya ingin cepat-cepat istirahat dan makan. Kami sekelompok berjalan menuju Masjid Baiturahman, untuk sholat bagi yang muslim, dan istirahat makan.

Kini waktunya pulang, namun sebelum pulang kami mendatangi sebuah sekolah TK Yayasan Beribu. Tempatnya sangat sederhana, cukup, dan manis. dengan cat pink di dinding beserta karya 2d anak TK. Di bagian luar juga terdapat mainan-mainan asyik anak TK dan SD.
Kami berjalan menuju stasiun Kiaracondong untuk pulang kembali ke stasiun Bandung. Kemudian, kami membeli tiket kereta api dengan harga yang sama.
Alhamdulillah, kami sampai dengan selamat. Rasanya ingin cepat pulang. Tapi sebelumnya, kami mengunjungi Rooftop Stasiun Bandung. Disana benar-benar nyaman, sejuk, dan cocok sekali untuk beristirahat. Banyak tanaman-tanaman yang tumbuh dan ada juga kolam ikan di banyak bagian. Sambil beristirahat, kami mendengarkan cerita Pak Ana Sumarna, yang sangat inspiratif. Rooftop ini berawal dari saluran pembuangan, kemudian Gunung Galunggung meletus mengakibatkan saluran tersumbat. Terpkirlah ide bapak ini untuk membuat sebuah taman di rooftop.